My version of happyness.

Gak, gak typo kok. Kan mau sok-sokan kayak judul film, jadi nulisnya happyness. :))

My version of happyness.. sebelum kita sampai ke konklusi itu, saya pengen cerita-cerita deh sedikit. Jadi saya ini orang yang dibilang ambisius, ya lumayan, dibilang terlalu pemalas juga iya banget. Intinya, saya punya banyak cita-cita ini-itu, tapi saya pada dasarnya memang orangnya terlalu pemalas dan terlalu laid-back. Tipikal seorang Taurus banget deh. Kadang saya ingin mempunyai ini-itu yang orang lain punya, yang mana ini-itu tersebut rasa-rasanya sih hanya bisa dicapai bila saya sukses atau setidaknya sesukses orang itu. Sukses dalam bentuk apa? Ya, tentunya sukses secara finansial dong.

But, then again, menurut saya, sukses itu macam-macam. Sukses berumah-tangga juga sukses walaupun mungkin rumah tangganya hanya sekedar berkecukupan tanpa berkelebihan. Sukses membuktikan teori-teori tertentu juga sukses walaupun mungkin tidak menghasilkan uang sebagaimana misalnya sebuah bisnis. Berhasil menikmati hidup apa adanya juga sukses, yaitu kesuksesan memuaskan diri sendiri tanpa perlu too many efforts. Maksudnya sih, definisi sukses tiap orang beda-beda sih.

Lalu, saya jadi kembali ke suatu waktu di mana saya berpikir tentang sukses semacam apa yang saya cari. Saya orangnya kadang gak tahu apa yang saya mau sampai sesuatu itu ada di depan saya dan tiba-tiba saya tahu, saya mau itu. Begitu. Tapi satu hal yang saya tahu sih, saya orangnya cinta sekali kestabilan. Tipikal Taurus lagi kan, kan. Kalau bisa pilih, saya tidak menyukai melakukan perubahan walaupun saya tidak sekeras hati itu juga sih karena saya orangnya optimistis dan saya tidak takut berubah kalau memang saya merasa optimis dengan perubahan itu. Perubahan itu perlu, tapi ketika saya sudah berada di zona yang teramat nyaman untuk saya dan saya bahagia (tolong garis bawahi “bahagia”), saya rasa saya tidak memerlukan lagi perubahan apa-apa.

Saya orangnya rumit dalam berkonsep, tapi praktis dalam memutuskan sesuatu. Walaupun saya sering tidak tahu apa yang saya mau, saya seringnya tahu satu-dua hal yang saya selalu inginkan: menemukan teman hidup yang compatible luar dalam dengan saya, berkomitmen dengannya dan menjaga komitmen itu, membangun suatu rumah tangga (atau apa pun sebutannya lah karena rumah tangga bagi saya kan tidak akan sesimpel rumah tangga bagi banyak orang), menjadikan setiap momen kebersamaan berarti.

Saya tumbuh besar tanpa seorang ayah, tanpa seorang kakak, dan tanpa seorang adik pun juga. Hanya ada mami saya dan saya. Dan kami tidak terlalu dekat karena perbedaan umur kami yang begitu jauh dan itu menyebabkan banyak miskomunikasi dan kesulitan untuk saling mengerti keinginan dan harapan masing-masing. Saya menghabiskan lebih dari setengah hidup saya hidup kesepian. Saya orangnya sering aloof (saya malas cari padanan katanya di bahasa Indonesia). Saya merasa ada sesuatu yang kurang dalam masa kecil saya, yaitu seseorang yang saya merasa very connected in so many levels. Tapi saya tidak menyerah, saya optimis kok saya akan menemukan seseorang yang bisa membayar lunas semua itu semudah hitungan satu-dua-tiga. Saya optimis kehidupan saya akan bahagia selama saya tetap berjalan dalam jalur yang saya sudah tetapkan untuk saya jalani sebelumnya.

Godaan banyak di mana-mana. Cemoohan pun di mana-mana. Dorongan orang lain supaya saya lebih gesit, lebih ambisius, dan lain-lain pun.. ya itu di mana-mana. :)) Mereka bilang, mereka cuma ingin saya bahagia. Tapi mereka sepertinya lupa kalau saya sudah merasa cukup dengan hidup saya kok. Saya orangnya lumayan spiritual jadi selama kepuasan batin saya tercukupi, untuk saya itu cukup. Tentu saya bisa berusaha lebih kok kalau mau dan kalau perlu, tapi entah kenapa saya yang pada dasarnya pemalas dan laid-back, saya lebih suka untuk tidak melakukannya sekarang. Saya memang keras kepala sih. Tipikal Taurus lagi ya. Haha. Ya sebenarnya bukan saya tidak pernah memikirkan perkataan dan nasihat-nasihat orang di sekitar saya sama sekali, tapi saya merasa hanya sayalah yang paling mengerti kebahagiaan seperti apa kah yang sungguh versi saya.

Kalau ditanya, apa sih yang kurang dari hidup saya, saya pasti jawabnya: teman hidup. Itu kok yang kurang. Bukan kesejahteraan hidup saya. Life’s good, and sure, life can be better when I can afford more. True. But, if I have a life partner, my life will not only be better, it’ll be perfect. Jadi demikianlah misi saya mencari cinta itu dimulai. Setelah belasan tahun, saya merasa saya sudah hampir berada di garis finishnya sih. Mengapa? Ya karena beberapa kejadian akhir-akhir ini. Perlukah saya ceritakan? Mungkin di lain waktu ya karena sekarang semuanya sungguh masih too early to tell.. Let’s not be unwise. šŸ™‚

Saya optimis bahwa saya pasti akan bahagia karena saya sudah tahu apa kebahagiaan saya. Kebahagiaan saya adalah bangun pagi di samping seseorang yang saya cintai dan mencintai saya, hidup bersama dengan dia, menularkan kebahagiaan kami kepada orang-orang di sekitar kami yang less fortunate. Itulah kebahagiaan saya: to love and to be loved.

Keliatan standar banget ya? Sebenarnya saya gak bilang saya orang yang se-boring itu kok. I am weird and naturally I love surprises (in life). I root for surprises. Saya menyukai keliling dunia, tapi apa indahnya keliling dunia jika kita belum menemukan seseorang untuk kita ajak bersama-sama keliling dunia? Bukankah first things first? Jika selanjutnya terdapat peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, dan kesempatan-kesempatan lainnya, dan berbagai perubahan positif lainnya yang kemungkinannya tak terbatas, itu semua adalah sungguh bonus. Di sini mungkin akan ada yang mendebat, ya siapa tahu dengan keliling dunia, bisa ketemu sama jodohnya. Iya, iya, bisa kok, bisa. šŸ˜€

Tapi, ya pada intinya, jika suatu hari the universe benar-benar memberikan hadiah terindah tersebut kepada saya, tidak akan sekali-sekali saya menukarnya dengan hal lain.

Dan tahukah kamu? The universe is good. It doesn’t sleep. And it will answer. Soon.

the happiness of your life depends upon the quality of your thoughts copy

 

My version of happyness.

Leave a comment